Waktu itu, setelah Pandemi Covid 19 mulai rame diperbincangkan dilingkungan tempat saya tinggal dan seketika suasana diluar rumah pun terasa sepi, pembelajaran yang sudah dialihkan untuk belajar dari rumah pun mengurangi alasan untuk keluar dari rumah. Pembelajaran dari rumah ini menarik dengan paksa untuk lebih mahir dan akrab dengan dunia teknologi. Entahlah, jiwa yang tadinya rapuh dalam keterbatasan tetiba terasa mendapat setumpuk kekuatan yang diawali dengan kata "Apa yahh.." "Bagaimana yahh.." "Bisa kah.." dan banyak penggalan-penggalan kata yang menari indah dalam fikiran. Akhirnya, "bismillah, bisa dong.." saya yang dengan keterbatasan berusaha untuk keluar dari zona itu meski tak tahu dengan cara apa.
Beberapa hari kemudian, tiba-tiba teman mengajar mengajak untuk ikut serta dalam "PembaTIK", seperti sebelumnya ada pertanyaan yang melintas dan berjejer rapi dalam angan-angan "apa yahh" "bisa yahh" belum selesai angan-angan itu bermain dalam fikiranku, pesan whatsapp kembali berbunyi "bisa dapat ilmu baru, isi waktu kosong, dan nanti ada sertifikatnya juga loh.." Entah magnet apa yang menarik tangan ku dan langsung daftar tanpa basa-basi dan join di group whatsapp yang sudah terbentuk oleh Bapak/Ibu Duta Rumah Belajar Sulawesi Barat. Setelah mendapat sedikit bayangan tentang pembaTIK ini yang menurutku penting bagi seorang guru, saya membagikan pemberitahuan pembaTIK itu ke group sekolah, dan kembali saya mengajak teman terdekat ku untuk ikut Ibu Halima dan Ibu Marlina. Ajakan ku diterima dengan sangat antusias dari mereka, dan jadilah kami bertiga mendaftar bermodalkan rasa ingin tahu.
Senang rasanya bisa bertemu dengan banyak teman-teman baru, apalagi saya yang tidak banyak berbicara dengan orang baru, ketidaktahuanku pun yang menuntun jari jemariku untuk mengirimkan pesan ke teman-teman yang ada d group whatsapp untuk bertanya lebih jauh hal-hal yang belum saya ketahui. Sebenarnya ada rasa minder tapi waktu itu saya membuat pernyataan untuk diri sendiri agar menepis rasa itu.
Ketika kelas untul Level 1 di buka, rintangan pun mulai berdatangan. Untuk mengakses kelas tersebut Kami memanfaatkan jaringan internet gratis yang ada di kantor-kantor miliki pemerintah daerah Kami. Biasanya mengejar jaringan ini kami mulai pada jam 17.00 dengan harapan pegawai kantor sudah meninggalkan kantor mereka, agar kami bisa mengakses internet gratis itu di tempat parkiran atau disudut luar kantor yang ternyaman bagi kami.
Setelah mempelajari modulnya, kami baru sadar bahwa ini bukan sekedar mempelajari modulnya saja ada juga yang namanya "ujian" dan pada saat itu jaringan internet tempat biasa kami akses mengalami gangguan, saya yang suka panik pulang dalam wajah sedih dan airmata yang hampir menetes. Pengerjaan ujian itu paling lambat besok pukul 23.59, akhirnya dibantu oleh suamiku yang ganteng kami bisa mendapatkan jaringan internet untuk mengerjakan ujian, Alhamdulillah akhirnya bisa tersenyum lega ketika melihat "LULUS" tak penting nilainya, yang penting ilmu yang bisa saya serap.
0 komentar:
Posting Komentar